yrDJooVjUUVjPPmgydgdYJNMEAXQXw13gYAIRnOQ

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Label Cloud

Top ad
Middle Ad 1
Middle Ad 2
Bottom Ad
Bookmark

Pubertas Dini: Jenis, Penyebab, Risiko, dan Efek Samping

puber-terlalu-cepat-doktersehat
photo credit: Pexels

DokterSehat.Com – Pubertas adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa ini dilalui dengan kematangan organ reproduksi seperti ovarium dan testis. Selain itu tanda kelamin primer dan sekunder juga mulai terbentuk dan terlihat dengan sempurna.

Kapan terjadi pubertas?

Setelah masa pubertas selesai, remaja akan memasuki dewasa dan mengalami perkembangan sempurna pada organ seksualnya. Selain itu perkembangan mental seorang anak juga berkembang perlahan-lahan hingga matang.

Pubertas umumnya terjadi pada usia 8-13 tahun pada wanita dan 8-14 tahun pada pria. Kalau Anak mengalami pubertas terlalu dini, efek samping bisa muncul. Berikut ulasan tentang penyebab pubertas dini dan efeknya pada tubuh.

Jenis-jenis pubertas dini

Pubertas dini yang terjadi pada remaja dibagi menjadi dua, pertama central dan kedua peripheral.

  • Pubertas dini central

    Pubertas jenis ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan gejala yang ditimbulkannya sama dengan pubertas biasa. Kondisi ini muncul karena kelenjar pituitari menghasilkan hormon gonadotropins. Hormon ini memicu kerja testis dan ovarium untuk bekerja dan menghasilkan testosteron dan estrogen yang memicu kematangan organ seksual

  • Pubertas dini peripheral

    Kalau jenis sebelumnya gejala dipengaruhi oleh adanya respons otak dan kelenjar pituitari. Kondisi ini tidak dipengaruhi hal itu. Estrogen dan testosteron muncul begitu saja dan memicu munculnya tanda seks primer dan sekunder pada anak yang akan memasuki usia remaja.

Penyebab pubertas dini

Pubertas dini pada wanita belum ada penelitian mendalamnya. Namun, pubertas dini pada pria sudah diteliti dan penyebab utama dari kondisi ini adalah:

  • Munculnya tumor atau sel yang tumbuh masif di tubuh. Pertumbuhan ini tidak menyebabkan kanker sehingga efek sampingnya baru muncul kalau tumor mengganggu fungsi organ atau estetika.
  • Pubertas dipengaruhi oleh otak dan kelenjar pituitari. Kalau di otak ada masalah atau gangguan lainnya, gangguan pubertas bisa terjadi. Seseorang bisa mengalami pubertas dini.
  • Infeksi di otak juga menyebabkan kondisi ini. Apalagi sampai ada inflamasi yang memengaruhi banyak sekali organ di dalam tubuh.

Masalah medis di atas langka terjadi pada pria. Meski demikian, kemungkinan terjadi pubertas dini tetap ada. Sementara itu pada remaja wanita, kondisi kesehatan yang memicu pubertas dini sangat langka.

Faktor risiko pubertas dini

Selain masalah kesehatan yang memicu pubertas dini central, ada juga faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena kelainan ini.

  • Jenis kelamin. Remaja wanita lebih mudah mengalami pubertas dini dibandingkan dengan remaja pria. Bahkan kemungkinan wanita mengalami kondisi ini sekitar 10 kali lipat.
  • Pubertas dini juga bisa muncul kalau ada mutasi gen atau abnormalitas. Seseorang yang memiliki orang tua dengan kondisi ini akan lebih mudah mengalami pubertas dini.
  • Suku bangsa atau ras tertentu bisa mengalami pubertas dini dibandingkan ras yang lain. Dari penelitian yang dilakukan, setidaknya gadis keturunan Afrika-Amerika bisa mengalami pubertas 1 tahun lebih awal ketimbang gadis berkulit putih dari Eropa.
  • Dari beberapa pengamatan, anak yang diadopsi sejak kecil bisa mengalami pubertas dini sekitar 10-20 kali lebih cepat dari yang tidak. Sayangnya ilmuwan belum tahu apa penyebab utamanya.
  • Obesitas yang terjadi pada gadis lebih mudah memicu pubertas dini. Dugaan ini dilakukan oleh beberapa ilmuwan meski susah mencari korelasi antara obesitas dan pubertas yang terlalu cepat.

Efek samping pubertas dini

Pubertas dini yang terjadi pada remaja bisa menyebabkan efek samping. Berikut beberapa kondisi yang akan terjadi.

  • Perawakan pendek. Seseorang yang mengalami pubertas dini biasanya memiliki badan lebih tinggi dari temannya. Namun, setelah dewasa, tubuhnya akan lebih rendah dibandingkan teman sebayanya. Kondisi ini terjadi karena mereka yang mengalami pubertas dini mengalami kemandekan pertumbuhan badan di usia yang lebih dini pula.
  • Masalah dengan kebiasaan. Beberapa penelitian menganggap kebiasaan ini muncul akibat pikiran yang dipaksa sebelum saatnya. Sayangnya efek ini masih dianggap lemah karena belum banyak penelitian yang dilakukan.
  • Melakukan seks di usia dini. Karena kematangan organ seksual berjalan cepat ada kemungkinan remaja melakukan seks di usia muda. Kalaupun seks yang dilakukan bukan penetrasi, minimal mereka melakukan masturbasi.
  • Stres yang berlebihan. Anak-anak yang mengalami perubahan pada tubuhnya dengan cepat kerap mengalami masalah dengan mentalnya. Mereka kerap malu berlebihan hingga pikirannya tidak kuat. Apalagi kalau perubahan pada tubuhnya berjalan sangat masif. Kondisi ini umum terjadi pada remaja wanita.
  • Kanker payudara. Pada wanita, pubertas yang terjadi terlalu dini bisa memicu terbentuknya kanker pada payudara. Kondisi ini bisa diturunkan kalau wanita bisa menjalani gaya hidup sehat dan tidak mengalami obesitas.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Pubertas dini memang memiliki efek samping dan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik oleh orang tua.

  • Mengamati tanda pubertas dini pada anak dengan baik. Biasanya tanda pubertas yang berlebihan akan diatasi sendiri oleh tubuh.
  • Kalau Anda merasa khawatir dengan kondisi yang dialami oleh anak, ada baiknya memang harus memeriksakan diri ke dokter agar mendapatkan saran terbaik dan juga pengobatan.
  • Sebagian besar anak yang mengalami pubertas dini tidak mengalami gangguan kesehatan dan mental yang mengganggu. Jadi, selama tidak ada masalah, Anda tidak perlu merasa takut. Sebaliknya kalau gangguan muncul, jangan ragu untuk segera menemui dokter.

Inilah beberapa ulasan singkat tentang pubertas dini yang dialami oleh remaja. Nah, pubertas yang Anda alami dulu muncul saat usia berapa? Semoga saat memiliki anak nanti Anda bisa memperhatikan kondisi kesehatannya sehingga masalah pubertas ini bisa terus terkontrol.